
Penulis : Nicholas Sparks
Penerbit :Gramedia Pustaka Utama
Rating : 3/5
Lagi, setelah beberapa karya Nicholas Sparks yang berhasil menghipnotis saya, kini hadir kembali sebuah cerita yang tidak kalah menariknya, yang mencampur aduk perasaan saya di sepanjang kisah di novel ini. Ada perasaan senang dan bergairah yang timbul, kalut, sedih, hingga bergetar menyaksikan sebuah ending cerita yang cukup menyentuh. Ya, ini memang adalah sebuah ciri khas dari Nicholas Sparks yang ada dalam setiap tulisannya, yang meskipun sederhana, mampu menyedot pembaca dalam sebuah alur cerita hingga pembaca melibatkan perasaannya sendiri dalam cerita itu. How amazing...
The Choice adalah sebuah novel yang menceritakan kisah Travis Parker, seorang pemuda single, menarik, energik, dan mempunyai cara pandang hidup yang berbeda. Ia tidak ingin dilibatkan dengan urusan cinta yang membosankan, atau lebih tepatnya berurusan dengan wanita yang "membosankan". Jiwa berpetualang Travis - yang terlihat dari beberapa hobinya seperti diving, parasailing, hingga mengunjungi setidaknya 7 negara - membuatnya ingin memiliki pasangan hidup yang sama menggairahkannya seperti hobi yang dimilikinya. Meskipun taraf penilaian dirinya terhadap wanita terlalu tinggi, hingga menyebabkannya menjadi satu-satunya cowok single di antara teman-temannya, Travis tetap nyaman menjalani hidupnya dan tetap bersikukuh untuk menjalani hidupnya secara bebas. Ya, setidaknya hingga ia bertemu dengan Gabby.
Gabby Holland adalah tetangga barunya. Awal perkenalan Travis dengan Gabby tidak berjalan dengan lancar, karena dengan beberapa alasan tertentu Gabby tidak menyukai dan berusaha mati-matian untuk menjaga jarak. Namun tidak beberapa lama setelah itu, terjadi sesuatu hal yang mengharuskan Gabby - yang ia sendiri ingin menolaknya - untuk berhubungan dengan Travis, yang menyangkut profesi Travis sendiri. Dari situlah mereka saling mengenal, tau kebiasaan, sifat, dan kepribadian satu dengan yang lain. Dan mudah ditebak, Travis pun merasa bahwa ia menemukan wanita yang selama ini dicarinya dan mulai jatuh cinta pada Gabby.
Percik asmara pun mau tidak mau hadir di hidup Gabby, tapi ada satu hal yang mengganjalnya. Gabby sudah memiliki kekasih bernama Kevin. Sebenarnya Gabby sendiri merasakan suatu perasaan jemu dengan Kevin, yang menurutnya tipe pria konservatif yang membosankan. Tapi Gabby berusaha untuk tetap menjaga hubungannya dengan Kevin, bukan karena landasan cinta, tapi lebih pada norma seorang wanita yang dijunjungnya. Namun sayang kehadiran Travis justru membuatnya semakin gamang. Semakin lama ia semakin menyadari bahwa Travis sudah mulai masuk ke dalam hatinya, tapi tetap dibayang-bayangi rasa bersalahnya terhadap Kevin. Keputusan harus ia buat. Apakah ia akan memilih Travis, atau tetap menjaga hubungannya dengan Kevin.
Semua itu adalah plot pertama cerita dalam The Choice, dan setelah Gabby memutuskan siapa pria yang ia pilih, cerita beralih ke sebuah plot yang lebih dramatis. Saya tidak akan menjelesakan secara terperinci apa dan bagaimana, karena plot ini merupakan "senjata pamungkas" si penulis. Saya hanya memaparkan bahwa dalam plot ini menceritakan pria yang dipilih Gabby, dimana lebih ditekankan pada pilihannya yang sulit tentang hidup dan mati Gabby.
Ya, itu adalah semua rangkaian cerita yang ditulis dalam 381 halaman. Bukan termasuk bacaan yang berat, tapi mampu membuka sedikit pikiran kita tentang sebuah pertanyaan yang tertulis dalam novel tersebut, "sebera jauh kau akan bertindak atas nama cinta?"
Well pertanyaan yang sederhana, tapi membutuhkan keberanian untuk menjawabnya. Tema menarik inilah yang diusung oleh Nicholas Sparks, dan disajikan dengan plot yang sederhana, namun dengan dengan sudut pandang yang berbeda dari kisah-kisah semacamnya.
Kenapa saya katakan berbeda? Ada beberapa hal yang menjadi pointing saya dalam novel ini yang akan saya jabarkan sebagai berikut.
Sebagaimana cerita-cerita cinta segitiga lainnya, biasa penulis menggambarkan ketiga tokohnya, si A, B, dan C sekaligus dengan intrik di tengah -tengah mereka. Tapi tidak kali ini dengan The Choice. Dalam novel ini, penceritaan dititikberatkan pada Gabby, dengan sedikit penggambaran tentang perasaan Travis, dan bahkan nyaris tidak menyentuh Kevin sendiri. Kevin dihadirkan hanya sebagai cameo dalam cerita, hadir dalam adegan yang sekejap, namun memberikan sedikit napas untuk intrik cerita. Jelaslah bahwa kehadiran Kevin untuk memberi nuansa cinta segitiga tersebut.
Tapi kemudian akan timbul pertanyaan. Apa menariknya kalau cinta segitiga hanya menghadirkan dua orang?
Nah inilah yang menjadi perhatian saya terhadap cerita yang berbeda ini, Nicholas Sparks mampu dengan baik menggambarkan pergolakan batin Gabby di tengah-tengah kehadiran Travis. Mulai dari keinginannya menjarak jarak dengan Travis namun terpaksa harus berhubungan dengannya, ajakan-ajakan kencan Travis yang tidak mampu ditolaknya, hingga ujung pilihannya antara Travis dan Kevin. Ada beberapa penggambaran yang saya suka, contohnya saat Gabby sudah bersikeras pada dirinya untuk menolak ajakan Travis, namun kata yang terucap dari bibirny malah setuju untuk ikut ajakan Travis. Ini salah satu contoh kutipannya,
Travis mengangkat kedua tangannya. "Begini saja. Silakan datang kalau mau. Tapi tak ada paksaan, oke?" Ia mengangkat pundak. "Aku cuma berpikir kesempatan ini bisa kita gunakan untuk saling mengenal."
Gabby tahu seharusnya ia menolak, tapi ia malah menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang mendadak kering. "Mungkin aku akan datang," katanya (hal. 115)
Atau kutipan yang ini,
Travis membelokkan stang setir dan mulai memundurkan motornya, siap meninggalkan rumah Gabby. Ia sudah hendak menghidupkan mesin saat ia menoleh kembali. "Maukah kau makan malam denganku besok?"
Gabby bersedekap. "Aku tak percaya kau menanyakan itu."
"Seorang pria harus menyambar peluang. Itulah motoku."
"Aku juga sudah tahu sekarang."
"Apa itu berarti ya atau tidak?"
Gabby mundur selangkah, tapi meskipun menjaga jarak, ia tersenyum juga melihat kegigihan Travis. "Bagaimana kalau aku saja yang menyiapkan makanan malam nanti? Di rumahku, jam tujuh." (hal. 232)
Nah, banyak contoh adegan, dialog atau deskripsi itu lah yang menarik hati saya. Gabby yang dalam hatinya menolak, tapi entah bagaimana menyetujuinya, dan dan menggerutu kenapa ia bisa setuju, kadang membuat saya tersenyum dan tertawa. Untuk penggambaran Travis hanya bekisar pada kepribadiannya, hobi, serta hatinya yang mulai jatuh cinta pada Gabby. Tidak banyak intrik batin yang ditimbulkan pada plot pertama ini. Jadi kesimpulannya, cinta segita ini hanya melibatkan Gabby dan Travis, dengan sosok Kevin di belakang panggung.
Kemudian,
Dapat dilihat dari penjabaran saya di atas bahwa materi cinta segita yang disajikan dalam The Choice tidaklah seberat biasanya. Saya lebih menekankan bahwa alur cerita yang digunakan cukup ringan dan santai. Meskipun pada bab-bab awal saya sempat dibuat bosan dengan ceritanya, namun perasaan itu langsung ditebus dengan balutan cerita yang menarik ketika mencapai adegan pendekatan Travis dengan Gabby. Sebenarnya yang mengganggu saya pada bab-bab awal tersebut adalah saya masih menebak-nebak kisah apa yang terdapat dalam novel ini. Kenapa saya sampai kehilangan arah saat membaca pembukaan novel? Jawabannya tak lain dan tak bukan karena sinopsis yang minim dan terlalu standar untuk menjadi sebuah abstraksi cerita.
Ijinkan saya untuk mengkritik di sini sebentar. Pada dasarnya saya memang tidak tahu bagaimana proses sebuah sinopsis dapat tercetak di cover belakang sebuah novel. Apakah penulis sendiri yang menulisnya, ataukah editor dari si penerbit? Yang jelas siapa pun yang memberikan sinopsis cerita tersebut harus tahu apa fungsi sinopsis itu, baik untuk si penulis maupun si pembaca. Sinopsis harus dibuat semenarik mungkin agar materi cerita dapat disampaikan secara tersirat tanpa membuka seluruh komponen-komponen cerita. Bagi si pembaca ini satu-satunya cara untuk menilai sebuah novel pada tahap awal. Coba anda bayangkan ketika anda memutuskan untuk membeli sebuah novel, tapi keadaan toko sekarang memajang buku yang tersegel plastik secara rapat. Pasti satu-satunya patokan adalah sinospsis itu. Maka dari itu sinopsis punya pengaruh kuat untuk seseorang membeli sebuah novel.
Beruntung The Chioce adalah salah satu karya Nicholas Sparks yang sudah cukup saya kenal. Kalau tidak, mungkin saya tidak akan membeli novel ini karena saya sungguh tidak tertarik dengan sinopsis ceritanya, dan akhirnya saya akan kehilangan salah satu kisah romansa yang bagus. Amat disayangkan jika hal itu terjadi pada novel-novel yang lain kan. Nama besar penulis memang penting, tapi sinopsis juga tidak kalah pentingnya.
Well, kembali ke pembahasan The Choice,
Alur cerita yang ringan dan santai tadi juga dikarenakan tidak banyaknya plot yang berbelit di dalam cerita, tidak melibatkan kondisi perang atau politik (yang biasa hadir untuk bumbu cerita dalam beberapa novel Nicholas Sparks lainnya), tapi menghadirkan suatu twist plot yang cukup mengejutkan di akhir cerita.
Seperti yang saya katakan tadi, cerita ringan namun bermakna.
Untuk penokohan pun tidak melibatkan tokoh-tokoh yang banyak. Tokoh utama yang digambarkan secara dalam hanyalah Travis dan Gabby. Tokoh-tokoh yang lain hanya sebagai tokoh pemabantu dengan peran yang tidak terlalu penting. Ada beberapa sahabat Travis beserta istri dan anak-anak mereka, juga ada tokoh Stephanie, adik Travis, yang digambarkan dengan karakter yang menarik.
Setting dalam cerita terbagi dalam dua part, pertama mengambil setting pada tahun 2007, dan setting dengan alur flashback pada tahun 1996, dengan pengambilan lokasi di Carolina Utara. Selain itu juga sebuah menjadi kebiasaan umum bagi Nicholas Sparks untuk menggambarkan lokasi rumah indah sesuai impian di tepi pantai. Sebelumnya saya menduga bahwa mungkin ada terselip lagi sebuah setting dengan latar belakang peperangan, namun seperti yang saya sebutkan tadi ternyata selingan cerita tersebut tidak ada. Mungkin saja kali Nicholas Sparks sedang tidak ingin berkutat dengan perang dan senjata untuk dalih cerita cintanya.
Yah, akhir pada review ini, saya hanya mengatakan bahwa the Choice salah satu pilihan bacaan ringan untuk waktu luang tanpa membuat kening anda berkerut.
Selamat membaca!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar