Ryuji Hitomori mengangkat katana-nya tinggi-tinggi, mengayunkannya beberapa kali, dan kembali meletakannya.
“Kurasa ini hebat!” komentar Digglose sambil berdecak kagum.
Ryuji Hitomori adalah sahabat lama Anthony Digglose. Ia adalah seorang ahli kendo yang terkenal di Jepang. Sudah dua hari ini Digglose berkunjung ke rumahnya di pinggiran kota Osaka.
“Jadi ini betul-betul asli dari era Tokugawa?” tanya Digglose.
“Ya, tentu saja,” jawab Ryuji cepat. “Kubeli pedang ini dua bulan lalu. Asli buatan Shabuto Arai, seorang anggota Shinsengumi.”
“Kalau aku tidak salah ingat, kau juga memiliki puluhan pedang lain kan?” tanya Digglose lagi.
“Betul. Aku menyimpan semuanya di dojo. Oh ya, aku juga ingin memperlihatkanmu pedang baruku yang tidak kalah hebatnya,” ujar Ryuji seraya beranjak dari kursinya. “Kau tunggu ya, aku akan mengambilnya sebentar.”
Sembari menunggu, Digglose meneguk sedikit teh di cangkirnya. Lalu beberapa saat kemudian Digglose mendengar suara keributan dari samping. Ia segera berdiri dan berlari menuju asal suara tersebut, di dojo di samping rumah.
Seseorang berpakaian hitam dengan penutup kepala berlari keluar dari dojo sambil membawa beberapa pedang di bahunya. Sebuah pedang lain tergenggam erat di tangan kanannya.
“Hei, berhenti!!” seru Digglose. Orang itu tidak mendengarkan Digglose dan terus berlari. Digglose segera menuju ke dojo, dan melihat Ryuji terbaring di lantai dengan luka sayatan di dadanya.
“Kau tidak apa-apa, Ryuji?” tanya Digglose
“Tidak. Ini hanya luka kecil bagiku,” kata Ryuji sambil berdiri, nafasnya terengah-engah.
“Siapa orang itu?” lanjut Digglose.
Ryuji menggeleng. Lalu katanya, “Aku tidak tahu. Ia mencuri semua pedangku.”
Kemudian seorang anak laki-laki berlari masuk sambil berteriak.
“Paman Ryuji!! Ada seorang pencuri!! Ia...ia mengambil pedangmu!!” pekik Juna, keponakan Ryuji, sambil memegangi tangan kanannya yang bersimbah darah.
“Kenapa tanganmu?” tanya Digglose.
“Pencuri itu menghunuskan pedangnya ke perutku ketika aku mencoba menghadangnya. Untung saja kupegang ujung pedangnya sehingga tidak sempat menusukku. Tapi sialnya tanganku jadi terluka parah dan pencuri itu lari entah kemana,” terang Juna sambil memperlihatkan luka panjang di tengah telapak tangan kanannya.
* * *
Setelah semua tenang, mereka berkumpul kembali di ruang tengah. Istri Ryuji, Ami Katazawa Hitomori, ikut mebicarakan hal itu.
“Sungguh sial. Begitu aku masuk ke dojo, aku melihat orang itu mengambil semua pedangku dan menyanggahnya di bahu. Aku pun mencegahnya. Sialnya ia malah menyerangku dengan salah satu pedangku itu. Untung aku cepat menghindar, jadi aku hanya terkena luka ringan,” ujar Ryuji. “Kurasa orang itu juga menguasai kendo. Gerakannya sangat lincah, dan ia juga kidal.”
“Ya, kurasa orang itu memang ahli kendo,” kata Juna. “Aku mengetahuinya karena aku juga cukup mahir dalam hal kendo. Begitu juga dengan bibi Ami. Serangannya cukup mematikan kurasa. Aku berhadapan dengannya di pagar depan setelah aku pulang dari rumah temanku.”
“Bagaimana kau tahu kalau orang itu mencuri pedang pamanmu?” tanya Digglose.
“Tentu saja aku tahu. Orang dengan pakaiaan yang serba tertutup dan membawa sejumlah pedang dari rumah paman, ya sudah pasti itu pencuri. Lagi pula siapa lagi yang memiliki pedang sebanyak itu di daerah ini selain paman,” jawab Juna sengit.
“Kalau aku sih tidak tahu apa-apa,” ujar Ami. “Kalau tidak salah saat itu aku sedang di kamar sambil menonton pertandingan kendo yang disiarkan secara langsung dari Kansai. Sungguh pertandingan yang seru kurasa. Tapi tetap saja teknik kendonya tidak ada yang sesempurna teknik suamiku. Ayunan pedangnya dan beberapa teknik tusukannya sungguh mengagumkan.”
“Oh ya, untung saja semua pedangku itu sudah aku asuransikan. Aku akan telepon perusahaan asuransi itu nanti, untuk memastikan semua kerugianku ini diganti,” tambah Ryuji.
“Hmm, baiklah kalau begitu. Kuakui memang salah satu dari kalian pintar memutarbalikkan fakta. Tapi salah jika kau melakukannya di depanku, karena aku dapat melumpuhkanmu dengan kebohonganmu sendiri,” kata Digglose dengan bangga.
Siapakah pencuri sebenarnya?
Apakah ini hanya siasat Ryuji?
Apa fakta yang dapat membuktikannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar