Kamis, 15 Januari 2009

Digglose' case : The Black Murderer

Anthony Digglose memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di pekarangan rumah milik keluarga besar McDougall. Herald McDougall, pemilik perusahaan berlian yang besar di London, ditemukan tewas tadi malam di kediamannya.
George Barkned, sahabat karib Digglose dari Scotland Yard, menginap di kediaman McDougall dan kebetulan ia juga lah yang menemukan korban.
Kediaman McDougall adalah rumah besar berlantai dua, bercat putih dan memiliki pintu kayu berpelitur dengan jendela besar di kanan kirinya. Di salah satu sisi halamannya terdapat beberapa pohon pinus dan rerumputan yang di tata sedemikian rupa.
“Ah, kau datang juga akhirnya!” seru George sambil menghela napas begitu melihat Digglose datang memasuki ruang tamu, tempat dimana terjadi pembunuhan itu.
“Ya, aku tidak akan membiarkanmu berlama-lama memikirkan kasus ini,” kata Digglose. “Mungkin kau bisa memberiku beberapa informasi mengenai kasus ini.”
Well, menurut tim forensik, korban meninggal akibat pukulan benda tumpul di kepalanya. Waktu kematiannya sekitar pukul 22:15 dan saat itu juga akulah yang menemukan korban. Mungkin kau ingin tahu kenapa aku ada di sini. Ya, Herald memanggilku saat sore sebelum kematiannya. Ia ingin berbicara denganku mengenai kasus yang menimpanya dua hari lalu. Berlian kesayangannya, yang senilai empat puluh juta pounds, raib dari runag kerjanya sendiri. Diduga pencurinya adalah orang dalam dan sayangnya hal itu masih tidak bisa dibuktikan. Karena itulah aku datang ke sini, lagipula aku sudah mengenal Herald lebih dari tiga tahun.
“Lalu setelah selesai membicarakan hal itu, Herald menawariku untuk menginap. Aku pun menerimanya. Kemudian, sekitar pukul 22:15 – saat aku sedang di kamar di samping ruang tamu ini, aku mendengar seperti ada orang yang sedang berbicara dan disusul dengan teriakan. Aku pun keluar dan melihat orang yang memakai penutup kepala dan berpakaian hitam sedang memegang sebatang besi. Di bawahnya, Herald terbaring kaku dengan mata terbelalak.
“Begitu melihatku, orang berpakaian hitam itu langsung lari dan melompat ke jendela sebelah kanan ini,” tambah George sambil menunjukkan jendela itu kepada Digglose. “Kurasa orang itu masuk dari jendela ini juga karena sudah terbuka dari awal. Sedangkan jendela sebelah kiri tertutup rapat.”
“Baiklah. Rasanya sudah cukup informasi yang kudapat,” kata Digglose, “dan sekarang aku ingin menginterogasi seluruh penghuni rumah ini.”
“Ya, aku sudah mengumpulkan semuanya di ruang kerja Herald

* * *

“Bagimana ya? Susah juga aku menjelaskannya,” ucap Sharon McDougall, istri Herald.
“Sungguh. Aku tidak membunuh Herald. Memang saat itu aku sedang berdua di kamar bersamanya. Tapi sekitar pukul sepuluh, ia turun ke bawah. Katanya ia tidak bisa tidur dan ingin duduk sebentar di ruang tamu. Kurasa ia stress karena kehilangan berliannya. Karena itu aku pun ikut turun untuk membuatkannya segelas susu. Herald selalu meminum susu apabila ia susah tidur. Lalu saat di dapur, tiba-tiba aku mendengar teriakan dari ruang tamu dan aku langsung pergi ke sana. Aku langsung shock begitu melihat Herald yang terbaring di lantai bersama polisi itu. Saking kagetnya, gelas susu yang kupegang pecah dan mengenai kakiku,” kata Sharon lagi sambil menunjuk beberapa plester di kakinya.
“Kalau aku sedang tidak ada di rumah saat itu,” ujar Andrew McDougall, anak laki-laki Herald. “Aku mengikuti acara seminar di Bridget Hotel. Tapi aku sempat melihat pembunuhnya. Saat itu aku baru pulang dan sedang berjalan di halaman. Lalu aku melihat orang berbaju hitam keluar dari jendela sebelah kanan. Ia berlari dan menabrakku. Karena terasa aneh, aku pun mengejarnya. Tapi ternyata ada seorang temannyayang sedang menunggu di luar, dan mereka pun pergi dengan sepeda motor.”
Peter Dyke, pelayan keluarga McDougall, juga memberikan kesaksiannya, “Aku ingat benar saat itu aku sedang membersihkan ruang kerja Tuan Besar, ya ruangan ini. Tuan Besar selalu memintaku untuk membersihkan ruang kerjanya tiap malam. Merapikan buku-bukunya dan mengganti gordennya seminggu sekali. Lalu setelah selesai aku segera keluar dan turun. Di ruang tamu aku melihat Nyonya, Mr.George, dan Tuan yang sedang terbaring di lantai. Saat itu juga aku tahu kalau Tuan meninggal.”
“Apa kau tidak mendengar teriakan Herald ?” tanya George.
“Sepertinya tidak. Mungkin karena ruang kerja Tuan kedap suara. Tuan sengaja membuatnya seperti itu agar ia tidak terganggu saat bekerja,” ungkap Peter.
Well, menurutku memang benar kalau Herald dibunuh oleh pria berbaju hitam itu. Tapi sepertinya ia tidak akan berhasil apabila tidak bersekongkol dengan orang dalam. Dan George, kurasa sudah waktunya kau menangkapnya !” kata Digglose sambil tersenyum.


            Siapakah pelaku yang sebenarnya?
                            
                             Apa fakta yang dapat membuktikannya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar