Van De Goviere adalah sebuah nama perusahaan tambang terbesar di pesisir Spanyol. Morgan Le Fay, pemilik perusahaan tersebut mengalami suatu kejadian yang dapat merugikan perusahaannya. Sebuah cek dari relasinya di Canada senilai lima ratus juta US dollar tiba-tiba saja menghilang dari ruang kerjanya.
Kepala Bagian Divisi Investigasi Kepolisian Spanyol, Borgine Montenegro, segera menghubungi Anthony Digglose.
“Entahlah, aku benar-benar bingung,” ujar Morgan Le Fay setelah bertemu dengan Digglose. “Aku ingat benar, saat itu sekitar pukul 11.35 ketika Mr.Waldner, relasiku dari Canada itu, datang ke rumahku. Kami lalu berbincang-bincang di ruang kerjaku. Kami membicarakan masalah proyek besar yang akan dikerjakan pada bulan depan. Lalu setelah kami mendapatkan kesepakatan, ia langsung berniat membayar uang muka sebesar lima ratus juta US dollar. Aku mengatakan kalau uang itu ditransfer saja ke rekeningku. Tapi ia mengotot ingin membayarnya sekarang. Ia mengatakan kalau ia sedang terburu-buru dan akan langsung menghadiri rapat di Paris. Karena aku tidak punya alasan untuk menolaknya, aku pun menerima cek pembayarannya dan langsung mengantarkannya keluar. Kemudian seketarisku dari kantor meneleponku. Katanya Mr.Yamaguchi, salah satu relasiku yang lain, sedang menungguku di kantor. Aku pun segera pergi. Oh ya, saat itu kira-kira pukul 13.05.”
“Dan kau meninggalkan cek itu di ruang kerjamu?’ tanya Digglose.
“Ya, itulah kesalahan terbesarku. Aku memang terburu-buru saat itu, jadi aku melupakan hal yang sangat penting itu,” jawab Morgan dengan nada menyesal.
“Kalau Mr.Yamaguchi itu menemuimu di kantor, kenapa Mr.Waldner menemuimu di rumah?” lanjut Digglose
“Oh, sebenarnya aku memang berjanji dengan Mr.Waldner untuk bertemu di kantor jam 12. Tapi ternyata ia malah datang ke rumahku sebelum jamnya. Ia bilang kalau hari ini ia sangat sibuk dan harus mengejar waktu. Ia memang mengetahui rumahku karena kami sudah saling mengenal cukup lama. Sudah berpuluh-puluh proyek yang kami kerjakan bersama. Kalau masalah Mr.Yamaguchi, sebenarnya ia adalah relasiku yang baru. Kami waktu itu berkenalan di internet. Karena ia tertarik pada bisnisku, maka ia pun membuat janji untuk bertemu denganku hari itu jam satu,” tutur Morgan.
“Baiklah, aku akan menginterogasi saksi yang lain,” kata Digglose kemudian
* * *
“Ya, benar. Saat itu Mr.Waldner datang ke sini sekitar jam setengah dua belas,” ungkap Keiko Takajima, seorang wanita Jepang yang menjadi pelayan di kediaman Morgan Le Fay. “Tuan dan Mr.Waldner berbicara sekitar satu jam setengah. Setelah mereka keluar, aku pun masuk ke ruang kerja Tuan untuk membersihkannya, sebagaimana pekerjaan rutinku. Kemudian saat itu aku melihat cek di meja Tuan. Karena aku pikir ini cek penting, aku pun segera mengamankannya. Aku menyelipkan cek itu di buku paling kanan pada rak paling bawah. Aku masih ingat benar apa judul buku itu, Bisnis Dan Property jilid pertama. Aku meletakan cek itu di sana karena itu buku favorit Tuan. Aku sering melihatnya membaca buku itu saat aku mengantarkan kopi atau teh untuk Tuan. Lagi pula aku tidak bisa menaruhnya di laci meja Tuan karena selalu dikunci,” tambah Keiko.
“Ya, ya, semua laci meja ataupun brangkas memang selalu kukunci. Tapi pintu ruang kerja ataupun lemari buku tidak pernah aku kunci,” Morgan menyetujui.
“Tapi cek itu tidak ada di sana,” timpal Borgine.
“Lho, mana aku tahu. Lagi pula bukan hanya aku yang masuk ke ruang kerja Tuan,’ kata Keiko kesal.
“Benar,” ujar Rouge de Gaule, keponakan Morgan. “Aku juga masuk ke ruang kerja itu. Tapi karena aku alergi debu, aku masuk ke sana setelah selang beberapa waktu saat Keiko keluar agar tidak ada lagi debu yang beterbangan. Aku ke sana untuk membaca buku karena aku sangat suka dunia bisnis, dan pamanlah yang memiliki buku-buku tentang bisnis itu dengan jumlah yang sangat mengagumkan. Selain itu aku juga bermain internet untuk memerika apakah ada surat yang masuk ke emailku. Aku kerja di New York sebagai akuntan dan sekarang sedang cuti. Oh ya, kalau saja di ruang itu ada AC, mungkin aku bisa lebih lama di sana, soalnya hanya di ruang paman yang ada komputer dan internet.”
“Aku memang sengaja tidak memasang AC di ruang itu karena kau tidak tahan dingin. Di ruang tidurku pun tidak kupasangi AC,” jelas Morgan.
“Ya itulah yang sangat mengesalkanku. Kalau ada AC aku juga bisa sehari penuh di ruang itu karena aku juga menyukainya. Buku-buku yang lengkap, komputer, serta internet adalah hal-hal favoritku. Aku masuk ke sana kira-kira jam delapan malam. Aku masuk ke sana untuk menonton acara kesukaanku. Biasanya aku menonton acara itu bersama ayah, tapi entah kenapa hari itu ayah pulang sangat malam. Pada hari-hari biasa ayah selalu pulang jam enam, atau paling terlambat jam tujuh,” tutur Diagone Le Fay, putri tunggal Morgan Le Fay.
“Ya, biasanya seperti itu. Tapi karena hari itu banyak klien yang harus kutemui dan juga ada jamuan makam malam, aku jadi pulang malam. Kalau tidak salah pukul setengah sepuluh malam,” kata Morgan sambil mengangguk-ngangguk.
“Wah, ternyata belum ada titik terang,” ucap Borgine lesu seraya membuka-buka catatannya lagi.
“Kurasa tidak, Borgine. Jawabannya sudah sangat jelas. Pelakunya melakukan kesalahan yang besar bila berbohong di depanku,” ujar Digglose sambil tersenyum.
Siapakah pelakunya?
Apakah ini hanya rekayasa Morgan?
Apa buktinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar